Minggu, 13 September 2015

Dalam bagian pernyataan tobat terdapat dua cara pemakaian Tuhan/Kristus, kasihanilah kami. Cara pertama digunakan setelah absolusi untuk meneruskan bagian 'saya mengaku'. Cara kedua untuk menggantikan 'saya mengaku' dengan tambahan 3 ayat ungkapan bersifat kristologis yang masing-masing mendahului seruan ini. Apa makna seruan ini dan bagaimana pula memperlakukannya?

Pujian permohonan
Tuhan, kasihanilah kami adalah terjamahan dari bahasa Yunani: Kyrie eleison. Seruan biblis yang senada dapat ditemukan dalam Mazmur 6:3; 40:5. Yesaya 33:2 atau Matius 9:27. Selain dalam tradisi teks luturgis tobat, seruan yang amat akrab bagi umat ini juga sering digunakan dalam doa liatni atau doa permohonan.

Sebutan Tuhan dan Kristus menunjuk pada diri Yesus. Gelar kemaharajaan dan kejayaan yang diberikan kepada Yesus telah diungkapkan Paulus dalam Filipi 2:11: "... dan segala lidah mengaku: 'Yesus Kristus adalah Tuhan' bagi kemuliaan Allah, Bapa!" Maka, bagian pertama dari seruan ini merupakan pujian kepada Tuhan Yesus Kristus
Setelah menyampaikan pujian, kitapun memohonkan kerahiman dan belas kasih seperti terungkap dalam bagian kedua seruan ini : kasihanilah kami. Tuhan yang Maha rahim kita yakini akan kembali bermurah hati mengasihani dan mengampuni kita. DIa tidak memperhitungkan kesalahan dan dosa kita. Kerahiman Allah Bapa memang tampak dalam diri Yesus Kristus dan juga dalam karya Roh Kudus

Seruan yang mengandung kesatuan makna antara pujian dan permohonan ini merupakan bentuk perkembangan suatu pernyataan tobat. Jika kita simak teks tradisional Madah Kemuliaan (Gloria), akan terasa pula bahwa didalamnya terkandung dua makna ini. Seringkali kita perlu memuji-muji dulu sebelum akhirnya menyatakan maksud sesungguhnya, yakni meminta sesuatu. Merayu Tuhan? Boleh-boleh saja, asal tahu diri dan sopan.

Cara dan oleh siapa
Seruan ini biasa diucapkan atau dilagukan dengan cara pengulangan: Tuhan... dua kali, Kristus... dua kali. dan lagi Tuhan... dua kali. Pada umumnya masing-masing seruan diulang satu kali. Namu, berhubung dengan kreativitas orang setempat, dengan kemungkinan lagi ataupun sifat pesta dari Misa, seruan ini boleh diulang-ulang lebih banyak.

Meskipun teks ini menyapa langsung Yesus, namun tidak diperhitungkan sebagai doa presidensial alias tak dikhususkan bagi pemimpin. Mala, sesudah diserukan imam selebran, jemaat pun mengulanginya. Bahkan boleh dibawakan langsung oleh seluruh jemaat, atau paduan suara saja, atau paduan suara/solis bergantian dengan jemaat (PUMR 52). Teks ini memang lebih tepat disebut sebagai milik jemaat.
Kalau dibawakan sebagai pernyataan tobat, setiap seruan didahului ayat yang sesuai. Ayat-ayat itu ditujukan kepada Yesus Kristus dan tentang peristiwa atau karya-Nya, bukan pemaparan keluhan atau situasi kedosaan umat. Contoh yang benar, misalnya : Tuhan Yesus Kristus. Engkau diutus menyembuhkan orang yang remuk redam hatinya. Bukan seperti ini: Tuhan. pandangilah kami orang yang berdosa dan tak pantas ini.

Buku Ordo Missae yang berbahasa Latin masih memuat seruan ini dalam bahasa Yunani : Kyrie/Christe untuk merawat tradisi asali kuno dan menjaga kesinambungan pengungkapan yang sama, bahkan sama dengan yang masuh digunakan dengan Gereja Timur. Maka, hendaknya jemaat pun tetap dibiasakan menyerukannya dalam bahasa asli itu, selain bahasa setempat

Penulis : Pastor Christoporus H. Suryanugraha OSC
www.hidupkatolik.com

0 komentar:

Posting Komentar