Para Bapa Gereja menghubungkan peran Maria sebagai Bunda Allah dengan perannya sebagai Hawa yang baru (the new Eve). Bunda Maria melahirkan Tuhan Yesus yang menyelamatkan manusia dari dosa yang diturunkan dari dosa Hawa. Karena dalam Pribadi Yesus, ke-Allahan dan kemanusiaan-Nya bersatu dengan sempurna, maka Bunda Maria dikatakan sebagai Bunda Yesus dan Bunda Allah, sebab, Yesus itu Allah.
1. St. Yustinus Martir (155) membandingkan Hawa dengan Bunda Maria. Hawa, manusia perempuan pertama terperdaya oleh Iblis yang kemudian membawa maut; sedangkan Maria percaya kepada pemberitaan malaikat Gabriel, dan karena itu ia mengandung Putera Allah yang membawa hidup.
2. St. Irenaeus (180): “Ikatan ketidaktaatan Hawa dilepaskan oleh ketaatan Maria. Apa yang terikat oleh ketidakpercayaan Hawa dilepaskan oleh iman Maria.”
3. St. Gregorius Naziansa (390) menyatakan, barangsiapa tidak percaya bahwa Bunda Maria adalah Bunda Allah, maka ia adalah orang asing bagi Allah. Sebab Bunda Maria bukan semata-mata saluran, melainkan Kristus sungguh-sungguh terbentuk di dalam rahim Maria secara ilahi (karena tanpa campur tangan manusia) namun juga manusiawi (karena mengikuti hukum alam manusia).
4. St. Ambrosius (397): “Kejahatan didatangkan oleh perempuan (Hawa), maka kebaikan juga harus didatangkan oleh Perempuan (Maria); sebab oleh karena Hawa kita jatuh, namun karena Maria kita berdiri; karena Hawa kita menjadi budak dosa, namun oleh Maria kita dibebaskan…. Hawa menyebabkan kita dihukum oleh buah pohon (pohon pengetahuan), sedangkan Maria membawa kepada kita pengampunan dengan rahmat dari Pohon yang lain (yaitu Salib Yesus), sebab Kristus tergantung di Pohon itu seperti Buahnya…”
5. St. Agustinus (416): ”Kita dilahirkan ke dunia oleh karena Hawa, dan diangkat ke surga oleh karena Maria.”
6. St. Cyril dari Alexandria (444): “Bunda Maria, Bunda Allah…, bait Allah yang kudus yang di dalamnya Tuhan sendiri dikandung… Sebab jika Tuhan Yesus adalah Allah, bagaimanakah mungkin Bunda Maria yang mengandung-Nya tidak disebut sebagai Bunda Allah?”
7. Doktrin Maria sebagai Bunda Allah/ “Theotokos” dinyatakan Gereja melalui Konsili di Efesus (431) dan Konsili keempat di Chalcedon (451). Pengajaran ini diresmikan pada kedua Konsili tersebut, namun bukan berarti bahwa sebelum tahun 431, Bunda Maria belum disebut sebagai Bunda Allah, dan Gereja ‘baru’ menobatkan Maria sebagai Bunda Allah pada tahun 431. Kepercayaan Gereja akan peran Maria sebagai Bunda Allah dan Hawa yang baru sudah berakar sejak abad awal. Keberadaan Konsili Efesus yang mengajarkan “Theotokos” tersebut adalah untuk menolak pengajaran sesat dari Nestorius. Nestorius hanya mengakui Maria sebagai ibu kemanusiaan Yesus, tapi bukan ibu Yesus sebagai Tuhan, sebab menurut Nestorius yang dilahirkan oleh Maria adalah manusia yang di dalamnya Tuhan tinggal, dan bukan Tuhan sendiri yang sungguh menjelma menjadi manusia.
Jelaslah bahwa doktrin Maria Bunda Allah bukan untuk semata-mata menghormati Maria, tetapi terutama untuk menghormati Yesus, yang walaupun sungguh-sungguh manusia, namun juga sungguh-sungguh Allah. Gereja selalu mengimani Pribadi Yesus yang tunggal, yang merupakan persatuan sempurna antara keilahian dan kemanusiaan-Nya. Namun demikian, kita tidak mempercayai bahwa Maria memiliki keilahian seperti dewi. Pendapat yang demikian juga sesat. Jadi yang tepat adalah: Pribadi Ilahi Yesus yang telah ada di sepanjang segala waktu mempersatukan Diri-Nya dengan tubuh kemanusiaanNya di dalam rahim Maria. Untuk ini, Bunda Maria disebut sebagai Bunda Allah. Sama seperti kita mengatakan ibu Sujiatmi Notomihardjo bukan saja sebagai ibunda Bapak Joko Widodo, tetapi juga sekaligus ibunda Bapak Presiden RI, sebab Bapak Joko Widodo adalah Bapak Presiden RI. Dengan analogi ini, maka Bunda Maria adalah Bunda Yesus dan Bunda Tuhan sebab Yesus adalah Tuhan kita.
Sumber : katolisistas.org
0 komentar:
Posting Komentar